Geliat Ekonomi Masyarakat Menjelang Ramadhan

Geliat Ekonomi Masyarakat Menjelang Ramadhan

Kondisi Ekonomi Masyarakat Saat ini

Ekonomi masyarakat dapat dibilang sedang sulit. Di tengah krisis pasca pandemi, masyarakat dihadapkan pada mahalnya kebutuhan pokok hidup. Dari mulai beras, minyak, bawang, cabai, hingga telur dan daging melonjak naik. Geliat masyarakat untuk bangkit menjelang Ramadhan dirasa perlu meski di tengah kesulitan itu. 

Contohnya harga beras standar bulog, untuk ukuran 5 Kg itu berada di harga 70 ribu (per tanggal 15/3/2022). Itu artinya naik 20 ribu dibanding harga normal. Belum harga cabai yang mencapai 70-80 ribu rupiah per kilogram. 

Nampaknya, mahalnya harga bahan pokok tak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani. Seperti rahasia umum, harga gabah di kalangan petani tetap saja rendah. Memang ada kenaikan, namun itu tetap tak sebanding dengan tingginya harga pupuk. Alhasil masyarakat petani Menjelang Ramadhan tetap merugi. 

Mungkin berbeda dengan para bandar dan cukong. Mereka bisa dibilang adalah pihak yang diuntungkan, membeli dengan harga minim dari petani, dan menjual dengan harga yang tinggi ke konsumen atau toko. Sebuah kondisi masyarakat yang tumpang tindih, dimana yang bermodal diuntungkan, yang tak bermodal terbiasa dengan kerugian.

Menjelang Bulan Suci Ramadhan

Menjelang Ramadhan, ekonomi nampaknya akan bangkit. Mudah-mudahan begitu. Para pedagang makanan takjil dan berbuka telah bersiap memeriahkan Ramadhan. Depot atau outlet dadakan mulai bermunculan di pinggir jalan. Mereka adalah masyarakat yang berdagang kaki lima. 

Rotasi uang selama ramadhan memang terbilang cepat. Para pedagang lebih banyak diuntungkan. Selain para pedagang makanan, pedangan pakaian pun juga demikian. Namun biasanya, mereka, para pedagang pakaian, akan menuai untung menjelang Lebaran nanti. Baju baru menyambut lebaran menjadi tradisi masyarakat yang di satu sisi menguntungkan pada pedangan pakaian. 

Ongkos puasa bisa dikatakan lebih mahal daripada biaya hidup normal harian selain bulan Ramadhan. Meski dalam situasi berpuasa dimana seharian tak makan tak minum tak mengonsumsi apapun, faktanya, di malam hari, masyarakat doyan jajan. Seakan kehausan dan kelaparan seharian ingin dipuaskan di malam harinya. Begitulah kebanyakan pola konsumsi masyarakat muslim Indonesia. 

Geliat Pertumbuhan Ekonomi Di Bulan Suci

Kebiasaan konsumsi masyarakat yang demikian itu menjadi pasar potensial bagi tiap pengusaha, terkhusus para pedangan. Selama Ramadhan, para pedagang meraup keuntungan yang besar. Jalan ekonomi atau geliat ekonomi di level masyarakat kecil menemunkan momentumnya. 

Uang-uang kota secara tiba-tiba beredar di kampung dan desa. Uang-uang kota itu dibawa oleh para pegawai atau pedangan kota yang mudik ke kampung halaman. Situasi ini dirasa bagus demi menyeimbangkan perputaran uang. Sehingga perputaran uang 

Post a Comment for "Geliat Ekonomi Masyarakat Menjelang Ramadhan"

Followers